![]() |
Gambar hanyalah ilustrasi |
Halo teman-temanku, beberapa hari yang lalu, aku baru saja keluar dari rumah sakit tempat ku menjalani isolasi. Ya, isolasi covid-19. Dan di artikel ini aku bakal menjelaskan apa saja yang terjadi pada ku dan orang-orang yang juga diisolasi.
Sebelum masuk ke inti cerita, aku mau
sedikit menjelaskan bahwa aku tidak menampilkan gambar keadaan ku di sana, karena
masalah privasi, jadi kalian bayangkan saja ya apa yang aku tuliskan.
Jadi, pada 16 Januari 2021, Ibu ku jatuh
sakit, demam. Aku dan keluarga segera membawa Ibu ku ke UGD di salah sati rumah
sakit di kota ku, sebut saja RS A. Saat itu, apa yang dirasakan ibu ku hanyalah
seperti demam pada umumnya, disertai lemas. Di sana ibu ku menjalani rongsen
untuk mengetahui apa terjadi masalah pada organ dalamnya, dan ternyata hasil
rongsen menunjukan masalah pada paru-parunya. Dan paru-paru merupakan salah
satu organ yang berhubungan dengan pernafasan, dan itu salah satu gejala dari
covid-19.
Singkatnya dokter mengatakan bahwa Ibuku
perlu menjalani rawat inap, namun dengan gejala yang di alami ibuku, dia akan
ditetapkan menjadi pasien suspect covid-19, hingga hasil swab-test keluar negative
covid-19. Dan dengan label suspect, ibu ku akan di isolasi dan tidak boleh dijenguk
keluarga sama sekali, hanya boleh menitipkan barang lewat satpam saja. Ini adalah
keputusan yang berat, setelah berdiskusi dengan keluarga, dan ibu ku mungkin
setelah mendengar perkataan dokter, dia menjadi seperti ingin terlihat sehat,
agar dia tidak jadi di isolasi di RS. Akhirnya kami membawa pulang ibu, untuk
menjalani rawat jalan di rumah. Karena, jika misal ibu ku sendirian tanpa ada
yg menemaninya di RS, aku yakin justru Ibuku malah akan terus memikirkan rumah,
dia menjadi stress, dan memperburuk keadaan.
Kemudian, di hari berikutnya kami membawa
ibu ke rumah sakit lain yang mana mau menerima pasien berlabel suspect covid dan
boleh ditemani oleh keluarganya, sebut saja Rumah Sakit B. Malam itu aku adalah
keluarga yang akan menemani ibuku saat dirawat di RS B. Aku tidur di samping
Ibuku beralaskan karpet yang aku bawa dari rumah, Ruangan yang kami tempati
adalah ruangan suspect untuk orang-orang dengan gejala covid-19.
1 Ruangan berisi 4 pasien yang
dipisahkan dengan tirai. Ada pasien wanita lanjut usia yang tertidur namun dia
terus berbicara dalam tidurnya, dan bicaranya benar-benar jelas dan
terus-terusan. Itu memang sedikit creepy pada awalnya. Kemudian ada pasien yang
sesak nafas, bahkan aku bisa mendengar nafas sesaknya dari sebalik tirai. Ditengah
suasana yang tidak nyaman ini, ternyata aku masi bisa tertidur di tengah malam.
Paginya, keluargaku datang untuk melihat
keadaan Ibuku, dan pada saat yang bersamaan, datang pasien baru yang sudah
sangat parah, parah di sini , dia benar-benar sesak nafas, dan hampir tidak
bisa bernafas. Tanpa berfikir Panjang, kami segera mengurus surat pembatalan
rawat inap, dan segera membawa Ibu ku pulang. Bukannya apa, Ibu ku hanyalah
mengalami demam, dan juga lemas. Dan setelah satu malam di infus di sana, lemasnya
ibu ku juga berkurang, jika terus berada di 1 ruangan yang sama dengan
orang-orang dengan gejala covid-19 yang parah seperti tadi, justru akan sangat
mengkhawatirkan. Itulah kenapa kami sekeluarga memilih untuk membawa pulang lagi
ibu kami.
Beberapa hari di rumah, yang terjadi ibuku
menjadi semakin sakit. Ibu ku memutuskan untuk mendatangi dokter spesialis
penyakit dalam. Dan ya, lagi-lagi, saran dokter bilang “Ibu, paru-paru kamu ini
terjadi infeksi, kamu harusnya sekarang di rawat inap bu di RS, kamu saya beri
rujukan ke RS A ya.” kata dokter. RS A adalah RS pertama yang kami datangi pada
13 Januari 2021. Tapi ibuku takut jika di rawat di RS akan di kumpulkan lagi
dengan orang-orang seperti kemarin yang parah. Namun dengan segala pertimbangan
akhirnya Ibu percaya kepada dokter tersebut.
Dan saat pulang dari dokter spesialis
penyakit dalam, Ibu ku mendadak merasakan nyeri yang luar biasa pada dada
sebelah kanan nya. Dan tanpa berfikir Panjang kami sekeluarga segera berkemas
dan membawa Ibu k uke RS A. Di RS ini ibuku sudah pasrah dan mau untuk di rawat
di RS biarpun Bersama orang-orang yang ter-suspect covid-19. Dan setelah
bermusyawarah dengan dokter melihat ibuku yang lemas, dan susah bergerak karena
nyeri yang teramat sakit pada dadanya, akhirnya dibolehkan 1 orang keluarga
untuk bisa menemani nya di RS selama 2 minggu, dan orang yang menemani tidak
boleh keluar atau digantikan sampai 2 minggu atau sampai yang dirawat sembuh. Dan
yang boleh menemani diharuskan memiliki imun/daya tahan tubuh yang kuat. Dan
orang yang akan menemani ibu ku, adalah aku.
Nah, DI RS inilah aku akan menemani ibuku
dirawat dan di-isolasi. Cerita selanjutnya akan ada hal menarik yang terjadi,
dan ceritanya akan aku tulis artikel selanjutnya ya, karena ini sudah terlalu panjang.
Bersambung . . .
Lanjut Part 2 - klik di sini
~patuhi protocol kesehatan~